Contoh Kasus Pemilihan Sistem Rangka Pemikul Momen
Data Proyek:
- Fungsi Gedung: Kantor
- Lokasi: Makassar
- Nilai SPT rata-rata tanah (dari pengujian tanah): 40 (N)
- Nilai gempa berdasarkan RSA 2021:
- SDS = 0.24
- SD1 = 0.17
Mari kita ikuti langkah demi langkah untuk menentukan sistem SRPM yang tepat.
Langkah 1: Menentukan Kategori Risiko
Karena fungsi gedung adalah kantor biasa, maka sesuai SNI 1726:2019, bangunan masuk ke Kategori Risiko II.
Langkah 2: Menentukan Kelas Situs
Dalam perencanaan tahan gempa, kondisi tanah di lokasi proyek berpengaruh besar terhadap besarnya beban gempa yang akan bekerja pada struktur. Oleh karena itu, penting untuk menentukan kelas situs berdasarkan parameter geoteknik seperti nilai SPT rata-rata (N), kecepatan gelombang geser rata-rata (Vs), atau hasil CPT.
Dalam kasus ini, tersedia data SPT rata-rata sebesar 40. Berdasarkan klasifikasi SNI 1726:2019:
- Kelas SC: Jika nilai SPT > 50.
- Kelas SD: Jika nilai SPT antara 15 dan 50.
- Kelas SE: Jika nilai SPT < 15.
Karena nilai SPT = 40, maka berada di dalam rentang 15 hingga 50. Sehingga, kelas situs proyek ini adalah SD (Tanah Sedang).
Kelas SD menunjukkan bahwa tanah bersifat sedang — tidak terlalu keras seperti SC, tetapi juga tidak selembut tanah SE. Tanah SD cukup umum untuk daerah perkotaan dan memberikan moderasi terhadap amplifikasi gempa.
Langkah 3: Menentukan Kategori Desain Seismik
SNI 1726:2019 Tabel 8 dan 9 membagi kategori desain seismik:
- SDS = 0.24 (antara 0.167 dan 0.33)
- SD1 = 0.17 (antara 0.133 dan 0.20)
Untuk Risiko II:
- Dari SDS (Tabel 8) → Kategori B
- Dari SD1 (Tabel 9) → Kategori C
Mengambil kategori yang lebih berat (lebih konservatif), maka proyek ini masuk Kategori Desain Seismik C.
Langkah 4: Memeriksa Sistem Rangka Pemiul Momen yang Diperbolehkan
Untuk Kategori Desain Seismik C, SNI 1726:2019 mengatur:
- SRPMB: Tidak boleh
- SRPMM: Boleh
- SRPMK: Boleh
Jadi, harus memilih antara SRPMM atau SRPMK.
Langkah 5: Menimbang Sistem Rangka Pemikul Momen dari Berbagai Aspek
Keduanya diperbolehkan, jadi pilihannya berdasarkan:
- SRPMM:
- Detailing lebih sederhana.
- Biaya konstruksi lebih rendah.
- Cocok untuk kantor biasa dengan kebutuhan performa gempa menengah.
- SRPMK:
- Detailing sangat ketat (ACM, hubungan balok-kolom, rasio tulangan minimum dan maksimum).
- Biaya konstruksi lebih tinggi.
- Cocok untuk fungsi penting atau gedung bertingkat tinggi.
Dalam kasus ini, karena gedung kantor biasa, dan tidak ada syarat khusus seperti “harus operasional pasca-gempa”, maka SRPMM sudah memadai.
Langkah 6: Memilih Sistem Rangka Pemikul Momen
Dengan mempertimbangkan semua faktor:
- Fungsi gedung: Kantor (Risiko II)
- Lokasi: Makassar
- Kelas tanah: SD
- SDS dan SD1 mengarahkan ke Kategori Desain Seismik C
- Untuk Kategori C, opsi yang diizinkan: SRPMM atau SRPMK
- Secara teknis dan ekonomis, SRPMM lebih efisien untuk gedung kantor biasa.
Maka sistem yang terbaik dalam kasus ini adalah: Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah (SRPMM).
Penutup
Penutup
Pemilihan sistem rangka pemikul momen tidak hanya berpengaruh pada keamanan bangunan terhadap gempa, tetapi juga sangat menentukan aspek ekonomi proyek. Oleh karena itu, mengikuti tahapan yang benar — mulai dari mengidentifikasi risiko, menentukan kelas situs, menghitung parameter seismik, sampai memilih sistem struktur — menjadi kunci sukses dalam perencanaan.
Baca juga: Perbandingan Tiga Sistem Rangka Pemikul Momen